Cinta Bukan Sekedar

narakomen-09.


"Aku jatuh cinta
'Tuk kesekian kali
Baru kali ini kurasakan
Cinta sesungguhnya
Tak seperti dulu
Kali ini ada pengorbanan
Cinta bukan sekedar
Kata-kata indah
Cinta bukan sekedar
Buaian, belaian, peraduan…"
(Lagu cinta - Dewa 19)

Itulah lirik cinta yang dilantunkan oleh Band Dewa 19. Lirik yang memperkenalkan cinta adalah makhluk yang mengajarkan kita tentang atruisme, pengorbanan dan penyatuan dua yang berbeda tanpa syarat apapun.

Perspektif tentang cinta bagai luasnya semesta yang walau sudah kita pelajari masih ada yang tidak kita ketahui. Namun, banyak dari berbagai kalangan mencoba mewujudkan cinta di dalam pemikiran manusia yang sederhana.

Ilmu yang mempelajari secara khusus tentang mental, emosi atau tingkah laku—psikologi—mencoba mengartikan cinta dengan. Misalnya, Sternberg (1988) mengatakan cinta bukanlah suatu kesatuan tunggal, melainkan gabungan antara keakraban atau keintiman (intimacy), gairah (passion), keputusan atau komitmen (decision/commitment)  perasaan, hasrat, dan pikiran yang terjadi secara bersamaan sehingga menghasilkan perasaan global atau lebih dikenal dengan The Triangular Theory of Love

Ketiga komponen ini akan melahirkan 7 jenis cinta yang merupakan kombinasi antara ketiga komponen tersebut. Pertama, Friendship; Pertemanan adalah jenis cinta yang hanya memiliki komponen intimacy, sehingga kekurangan komitmen (dalam konteks romantis) maupun passion. Pertemanan sering kali menjadi akar atau permulaan jenis-jenis cinta yang lain (Sternberg, 1987).

Kedua, Infatuation; jenis cinta yang hanya memiliki komponen passion tanpa komitmen beserta intimacy (hubungan yang mendalam). Ketiga, Empty Love; cinta yang hanya memiliki komponen komitmen dan tidak ada passion maupun intimacy. Biasanya terjadi pada orang yang dipaksa menika. Keempat, Romantic Love; hubungan saling suka tetapi tidak memiliki masa depan yang jelas. Cinta jenis ini memiliki komponen intimacy dan passion yang mendalam. Pasangan dengan cinta ini menikmati pembicaraan yang mendalam dan intim diantara mereka (Sternberg, 1999).

Kelima, Companionate Love; cinta ini bersifat intim, tetapi tidak terdapat sisi passionate yang berapi-api. Cinta ini melibatkan rasa suka dan ingin bersama sampai tua, tetapi terdapat hawa nafsu yang minim atau bahkan tidak ada. Keenam, Fatuous Love; jenis cinta ini kerap diibaratkan dengan cinta yang impulsif, karena ketiadaannya intimacy. Sayangnya, hubungan ini kerap kali berakhir dengan cepat. Hubungan dalam jenis cinta ini yang berhasil kerap kali dinilai “beruntung” (Sternberg, 1986). Terakhir, Consummate Love; jenis cinta inilah yang paling lengkap dan dianggap ideal oleh Sternberg. Kenapa lengkap, karena jenis cinta ini melingkupi intimacy, passion, dan commitment.

Namun, pada teori The Triangular Theory of Love memiliki beberapa kelemahan di dalamnya. Beberapa pendapat mengatakan teori ini tidak menunjukkan perkembangan suatu cinta, melainkan cinta itu hanya berputar-putar pada ketiga komponen itu saja. Akhirnya, cinta itu terpenjara dengan teori tersebut.

Selain itu, perjalanan mencapai ketiga komponen tersebut dipengaruhi oleh variabel ketertarikan interpersonal-sikap evaluasi seseorang mengenai orang lain yang menimbulkan perasaan sangat suka hingga sangat tidak suka.

Beberapa pendapat mengatakan, kita cenderung tertarik secara interpersonal karena adanya kedekatan emosi. Namun, kedekatan emosi ini dapat dimanipulasi sedemikian rupa sehingga kita akan mudah tertipu dengan senyuman seseorang (misalnya). Selain itu, emosi akan menyebabkan kita terjebak secara psikologis atas pengalaman romantis. Sehingga nilai benar dan salah, tidak jelas dihadapan kita.

Daya tarik fisik pun menjadi faktor kita tertarik kepada seseorang. Hal ini mengingatkan saya dengan perkataan teman saya "Cewe yang cantik banyak menjadi janda, dibandingkan cewe yang jelek". Diluar kebenaran perkataan tersebut, kita lebih cenderung memperhatikan dan mengharapkan seseorang yang cantik atau tampan untuk menjadi pasangan kita. Namun ketika sudah memilikinya, daya tarik fisik itu akan menjadi pudar dan hampah.

Apalagi persoalan seksualitas. Kepuasan terhadapnya menjadi tidak terukur walaupun segala bentuk pemuasan telah diupayakan dan dirasakan. Nyatanya, kita seperti binatang buas yang kelaparan ingin melahap semua yang ada di depannya, walaupun kita sudah memiliki pasangan.

Saya teringat dengan lirik lagu :

"Katakan pada mama. Cinta bukan hanya harta dan tahta. Pastikan pada semua. Hanya cinta yang sejukkan dunia"

Jadi apa itu cinta. Apakah ada cinta yang sejati? Jalaluddin Rakhmat menjelaskan bahwa cinta itu harus dipelajari, karena dengan proses belajar, kita akan menemukan cinta yang tanpa syarat. Cinta yang menjadi perpanjangan Rahmat Tuhan di dunia ini. Sesuai dengan misi Sang Nabi "Menyebarkan senyuman di dunia". Cinta yang tidak memenjarakan kekasihnya. Seperti kata Erick Fromm, cinta merupakan kekuatan aktif yang merobohkan tembok pemisah antara manusia dengan sesamanya, yang menyatukan manusia dengan sesamanya.

Memang dunia mebuat buram logika kita, seolah-olah hidup kita hanya ternilai sebatas materi saja. Menawarkan kenikmatan sesaat dan mendogma untuk mengakuinya sebagai cinta sejati. Biarkan diriku dianggap gila di tengah-tengah manusia yang men-Tuhan-kan materi.

Komentar